Asesmen Sumatif: Pengertian, Contoh, dan Penerapannya
Pendahuluan
Bagi banyak pendidik, istilah asesmen sering kali dianggap sekadar "ganti nama" dari ulangan atau ujian. Padahal, dalam Kurikulum Merdeka, penilaian memiliki fungsi yang sangat spesifik. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul di kalangan guru dan kepala sekolah adalah: Asesmen sumatif itu seperti apa? Apakah hanya sekadar tes tertulis di akhir semester, atau ada bentuk lain yang lebih efektif mengukur kompetensi siswa?
Asesmen Sumatif Itu Seperti Apa?
Secara mendasar, asesmen sumatif berfungsi sebagai alat ukur ketercapaian. Merujuk pada Panduan Pembelajaran dan Asesmen (PPA) yang diterbitkan Kemendikbudristek, asesmen ini tidak lagi sekadar tentang menghafal materi, melainkan pembuktian kompetensi yang telah dikuasai siswa setelah proses belajar selesai. Hasilnya menjadi data kuantitatif dan kualitatif yang masuk ke dalam rapor.
Ciri-Ciri Utama Asesmen Sumatif:
- Waktu Pelaksanaan: Dilakukan di akhir lingkup materi, akhir semester, atau akhir fase.
- Tujuan: Mengukur apakah siswa sudah memenuhi Capaian Pembelajaran (CP).
- Sifat: Formal dan berisiko tinggi (high stakes) karena berpengaruh langsung pada nilai akhir.
3 Contoh Konkret Asesmen Sumatif
Banyak miskonsepsi bahwa sumatif harus selalu berupa soal pilihan ganda. Padahal, bentuknya bisa sangat variatif. Berikut adalah tiga contoh penerapannya:
1. Tes Tertulis (Ujian Blok/Akhir Lingkup Materi)
Ini adalah bentuk paling umum. Guru memberikan soal isian, uraian, atau pilihan ganda untuk menguji pemahaman konsep. Contohnya, setelah menyelesaikan Bab 1 tentang ekosistem, siswa kelas 5 mengerjakan soal evaluasi. Untuk referensi materi yang relevan, Anda bisa melihat Rangkuman Materi IPAS Kelas 5 Semester 1 sebagai bahan penyusunan soal yang sesuai standar.
2. Proyek Akhir (Project-Based Assessment)
Siswa diminta membuat produk nyata sebagai bukti pemahaman. Misalnya, dalam pelajaran seni, siswa kelas 1 diminta membuat karya seni sederhana dari bahan daur ulang di akhir semester. Penilaian ini tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi juga kreativitas sesuai dengan rubrik yang ada di Modul Ajar Seni Budaya Kelas 1 Semester 1.
3. Unjuk Kerja (Performance)
Siswa mendemonstrasikan keterampilan secara langsung, seperti pidato bahasa Inggris atau praktik ibadah. Sebagaimana dijelaskan dalam studi evaluasi pendidikan oleh Nasution (2022), penilaian performa seperti ini sering kali memberikan gambaran kompetensi yang lebih akurat dibandingkan tes tertulis semata karena menilai kemampuan aplikasi siswa secara real-time.
Pertanyaan Terkait untuk Dibahas
1. Apa perbedaan sumatif dan formatif?
Perbedaan mendasarnya terletak pada fungsi dan waktu. Asesmen formatif adalah assessment for learning (penilaian untuk perbaikan proses), sedangkan sumatif adalah assessment of learning (penilaian terhadap hasil belajar).
| Fitur | Asesmen Formatif | Asesmen Sumatif |
|---|---|---|
| Waktu | Saat proses belajar berlangsung | Akhir proses pembelajaran |
| Tujuan | Memberi umpan balik (feedback) | Menentukan nilai (judgement) |
| Dampak Rapor | Biasanya tidak dimasukkan ke rapor | Komponen utama nilai rapor |
2. Asesmen ada 3 apa saja?
Dalam dunia pendidikan modern, penilaian dikategorikan menjadi tiga pendekatan utama:
- Assessment for Learning: Penilaian untuk memperbaiki pembelajaran (Formatif).
- Assessment as Learning: Penilaian sebagai proses belajar, melibatkan siswa untuk menilai diri sendiri (Refleksi).
- Assessment of Learning: Penilaian terhadap hasil belajar (Sumatif).
3. Apa itu Deep Learning pada Kurikulum Merdeka?
Belakangan ini, konsep Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) yang ditekankan oleh Mendikdasmen menjadi sorotan. Ini bukanlah kecerdasan buatan (AI), melainkan pendekatan belajar yang menekankan pada tiga pilar: Mindful (sadar), Meaningful (bermakna), dan Joyful (menyenangkan).
Selaras dengan tren pendidikan Deep Learning yang baru dicanangkan Mendikdasmen, asesmen sumatif tidak boleh lagi hanya menguji hafalan dangkal. Asesmen harus menantang siswa untuk berpikir kritis. Hal ini juga berlaku untuk jenjang dasar, seperti yang diterapkan dalam prinsip Modul Ajar PAUD TK dan RA Kurikulum Merdeka, di mana evaluasi dilakukan secara menyenangkan namun tetap bermakna.
Wawasan Ahli dari RuangEdu.Com
"Kunci dari asesmen sumatif yang berhasil bukan pada seberapa sulit soalnya, tetapi seberapa akurat alat ukur tersebut mencerminkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan."
Kami di RuangEdu menyarankan agar guru tidak terjebak pada format tes tertulis semata. Variasikan instrumen penilaian Anda. Gunakan teknik triangulasi data—gabungkan hasil observasi, produk, dan tes tertulis untuk mendapatkan gambaran utuh kemampuan siswa. Ingat, tujuan akhirnya bukan menghukum siswa dengan nilai rendah, tapi memotret capaian kompetensi mereka secara objektif.
Poin-Poin Penting
- Fokus Hasil: Asesmen sumatif dilakukan di akhir untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
- Fleksibel: Tidak harus tes tulis; bisa berupa proyek, portofolio, atau unjuk kerja.
- High Stakes: Hasilnya digunakan untuk pelaporan nilai (rapor) dan evaluasi administratif.
- Koneksi Deep Learning: Asesmen sumatif modern harus mendorong pemahaman mendalam (meaningful learning), bukan sekadar hafalan.
Posting Komentar untuk "Asesmen Sumatif: Pengertian, Contoh, dan Penerapannya"